Minggu, 28 April 2013

TUGAS AKUNTANSI INTERNASIONAL

Nama : Kusuma Dewi
Kelas : 4EB17
NPM : 22209130

BAB 1 Pendahuluan
BAB 9 Analisis Laporan Keuangan Internasional


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Akuntansi Sebuah Bahasa Bisnis
          Dilihat dari perspektif pelaksana, akuntansi merupakan alat untuk menyampaikan informasi keuangan dari sebuah entitas usaha yang melakukan kegiatan bisnis. Jadi, akuntansi merupakan alat komunikasi. Akuntansi bukan sepenuhnya merupakan bahasa asing. Problem pembelajaran akuntansi adalah seperti halnya orang Amerika belajar untuk berbahasa inggris sebagaimana orang Inggris berbahasa Inggris.
          Demikian juga, sejumlah kata digunakan di dalam akuntansi dengan arti yang berbeda dengan pemakaian sehari-hari. Contoh, jumlah yang disebut sebagai nilai bersih (net worth) sering muncul dalam laporan akuntansi. Menurut logika umum, arti kata ini adalah suatu jumlah yang mengacu pada suatu nilai. Tetapi, interpretasi tersebut tidak sepenuhnya tepat, dan kesalahpahaman dapat timbul jika pemakai laporan akuntansi tidak memahami apa yang dimaksud oleh akuntan dengan istilah nilai bersih.
1.2 Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen
          Embrio akuntansi yang ada sekarang ini sudah ada sejak abad ke 13 di Italia yang kala itu merupakan kota perdagangan yang maju. Menurut Littleton, munculnya embrio tersebut disebabkan karena telah terpenuhinya persyaratan-persyaratan yang diperlukan. Persyaratan pertama yaitu “bahan” (yang merupakan sesuatu yang perlu dikerjakan ulang) dan bahasa (medium untuk mengekspresikan bahan tersebut). Tentu saja diawal kemunculannya tersebut, akuntansi masih berupa bahasa bisnis yang sederhana. Pada saat itu, akuntansi memang merupakan sumber informasi mengenai sebuah perusahaan, tetapi akuntansinya terutama hanya berkenaan dengan kegiatan pemerolehan dan pelepasan barang dagangan. Ini disebabkan karena dunia bisnis pada saat itu belum begitu berkembang. Transaksi dan data keuangan yang merupakan masukan (input) dalam sistem akuntansi masih relatif sederhana.
          Perkembangan bisnis selanjutnya diwarnai dengan pemisahan antara fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan. Pada tahap ini mulai terjadi 2 kelompok pemakai laporan keuangan yaitu manajemen, sebagai pihak internal perusahaan, dan pihak eksternal yang antara lain terdiri dari investor dan kreditor. Manajemen mempunyai akses terhadap proses penyusunan laporan keuangan, sedangkan pemakai laporan keuangan yang lain, yaitu pemakai eksternal, tidak mempunyai akses terhadap akses penyusunan laporan keuangan. Disamping itu, tujuan manajemen berbeda dengan tujuan pemakai eksternal. Manajemen memerlukan informasi akuntansi sehubungan dengan fungsi manajerialnya; sedangkan pemakai ekternal menggunakannya sesuai dengan kepentingannya masing-masing yang tidak terkait dengan fungsi manajemen. Investor, misalnya, berkenaan dengan penahanan, pelepasan, atau pemerolehan saham.
1.3 Perkembangan Praktik Akuntansi
          Praktik akuntansi terus berubah, sesuai dengan kebutuhan, baik kebutuhan pelaksana akuntansi (sebagai penyedia informasi) maupun kebutuhan penerima atau pencari informasi tersebut. Sebelum Perang Dunia Kedua, pengaruh akuntansi Inggris mendominasi seluruh negara berbahasa Inggris dan pengaruh Perancis-Jerman menembus negara-negara yang menerapkann hukum undang-undang (code law) seperti Belgia, Jepang, Swedia, dan Swiss. Sampai dengan awal tahun 1990-an. AS merupakan kekuatan yang gemilang dalam akuntansi global. Oleh karena itu, sampai dengan awal tahun 1990-an, diversitas yang substansial masih merupakan ciri iklim akuntansi dunia.
          Diversitas akuntansi yang merupakan rintangan terhadap globalisasi bisnis dan arus dana sudah dirasakan sejak tahun 1960-an. Untuk mengikis diversitas tersebut, organisasi-organisasi profesi akuntansi di dunia membentuk International Accounting Standards Committee (IASC) pada tahun 1973, yang pada tahun 2000 direstrukturisasi menjadi International Accounting Standard Board (IASB). Organisasi international ini bertugas untuk mengikis diversitas atau keragaman akuntansi dengan menerbitkan standar-standar akuntansi international yang diharapkan, idealnya, akan diadopsi oleh semua negara didunia.
1.4 Diversitas Akuntansi
          Akuntansi suatu yurisdiksi atau negara berbeda dengan akuntansi yurisdiksi atau negara yang lain, sesuai dengan faktor-faktor penyebab yang terdapat pada masing-masing yurisdiksi. Berikut ini uraian mengenai diversitas akuntansi tersebut dilihat dari aspek pengukuran aset dan kewajiban dan aspek penentuan modal dan laba periodik.
1.4.1 Pengukuran Aset dan Kewajiban
          Para akuntan masih mengukur sebagian besar aset bisnis dunia atas dasar biaya-biaya historis (hystorical costs). Namun konsep pengukuran ini tidak diaplikasi secara murni. Untuk kadar tertentu, biaya transaksi awal, dicampur dengan berbagai teknik penilaian pasar sekarang (current market), dengan berbagai teknik penyesuaian perubahan tingkat harga khusus atau umum, dengan berbagai perhitungan bunga terkait, dan estimasi tingkat transaksi-transaksi masa depan, terutama dalam bidang valuta asing dan penagihan piutang di masa depan. Aplikasi pengukuran biaya-biaya sekarang (current costs) mungkin akan segera menggantikan, atau paling tidak mendominasi, biaya-biaya historis (hystorical costs) dalam praktik-praktik akuntansi. Yang telah dapat dilihat pada awal abad ini adalah pada international financial reporting standards (IFRS) yang dterbitkan oleh IASB. IFRS, yang lebih banyak menggunakan fair value, telah menggusur pilihan terhadap PABU AS yang banyak menggunakan biaya-biaya historis.
          Istilah asset atau aktiva tidak memiliki arti yang pasti, dalam pengertian sumberdaya mana yang harus dimasukkan dan sumberdaya mana yang harus dikeluarkan dari batasan mengenai aset tersebut. Ketidakpastian ini juga meliputi interpretasi atas aset-aset tak berwujud seperti goodwill, dan biaya riset dan pengembangan (R&D costs). Di Amerika Selatan, definisi aset termasuk kerugian-kerugian yang timbul karena memiliki utang dalam satuan valuta asing. Di negara-negara Eropa Kontinental, mungkin tidak meliputi berbagai tipe sewaguna usaha, tax loss carry-forwards, atau kepemilikan ekonomi oleh induk perusahaan terhadap perusahaan-perusahaan afiliasi.
1.4.2 Penentuan Modal dan Laba Periodik
          Hubungan antara aset dan kewajiban dengan penentuan laba periodik tentu saja menimbulkan efek resiprokal. Biasanya overstatement atau understatement aset atau kewajiban dilaksanakan melalui inklusi atau eksklusi laporan laba-rugi yang bersangkutan. Namun, harus juga dicatat bahwa terdapat banyak variasi prosedural yang lebih kecil. Misalnya, goodwill yang dibeli boleh diamortisasi di AS selama 40 tahun, sedangkan diJerman maksimum 5 tahun. Dibeberapa negara, misalnya Irlandia, Australia, Inggris, Peru, dan selandia baru, goodwill secara umum tidak diamortisasi sama sekali. Variasi prosedural yang mirip juga tidak berlaku untuk biaya riset dan pengembangan, biaya eksplorasi minyak dan mineral, biaya promosi penjualan, pendidikan dan pelatihan staf, dan berbagai transaksi atau kejadian lain.
1.5 Peran Akuntansi
          Peran akuntansi berbeda antar negara. Perbedaan peran ini dapat mempengaruhi orientasi dan kandungan informasi laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan di masing-masing negara, yang selanjutnya akan mempengaruhi cara interpretasi dan penggunaan laporan keuangan tersebut. Para modal domestik mungkin mempunyai dampak yang halus tetapi luas dan kekal terhadap perkembangan akuntansi di suatu negara. Tetapi akuntansi bukan hanya dipengaruhi, melainkan juga mempengaruhi pasar modal domestik. Disatu sisi, tuntutan pasar modal memberikan dasar pikiran untuk mengadopsi  suatu bentuk akuntansi tertentu. Sebaliknya, akuntansi dianggap sebagai suatu prasyarat bagi pertumbuhan pasar modal domestik.
1.6 Korporasi Multinasional dan Keterlibatannya Dalam Bisnis Internasional
          Akuntansi internasional terutama diperlukan oleh pasar modal yang telah mengglobal dan perusahaan yang bisnisnya mengglobal. Perusahaan yang paling rendah tingkat globalisasi bisnisnya adalah perusahaan yang mempunyai traksaksi utang-piutang dalam valuta asing (valas); sementara yang tingkat globalisasinya paling tinggi adalah korporasi multinasional (MNC, multinasional corporation). MNC adalah perusahaan yang terlibat dalam produksi dan penjualan barang atau jasa pada lebih dari sebuah negara. Biasanya terdiri dari sebuah induk perusahaan yang beralokasi di negara asal perusahaan dan paling sedikit lima atau enam anak persaingan asing, yang secara khas melakukan interaksi strategi tingkat tinggi antar unit-unit tersebut. Beberapa MNC mempunyai sampai 100 anak perusahaan asing tersebar di seluruh dunia.
1.7 Pengertian Akuntansi Internasional
          Ada 2 tipe akuntansi yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Tujuan akuntansi manajemen adalah untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan manajemen, yang merupakan pihak internal perusahaan, di dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan perusahaan. Karena manajemen dapat mengakses pemprosesan informasi tersebut, maka informasi akuntansi manajemen tidak memerlukan standar. Pedoman pokok di dalam penyajian  informasi akuntansi manajemen adalah bahwa informasi tersebut dapat dipahami oleh pemakai, yaitu manajemen, dan relevan dengan pengambilan keputusan dan pengelolaan perusahaan, sehingga bermanfaat bagi manajemen sebagai salah satu sumber informasi yang diperlukan dalam pengelolaan perusahaan.
1.8 Lingkup Akuntansi Internasional dan Organisasi Buku Ini
          Mempelajari akuntansi adalah mempelajari tentang apa dan bagaimana mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi keuangan serta bagaimana menginterpretasi dan menganalisis laporan keuangan. Akuntansi internasional adalah akuntansi yang mempunyai perspektif internasional. Dalam perspektif internasional, akuntansi berkenaan dengan diversitas akuntansi dan keragaman yurisdiksi. Diversitas akuntansi merupakan problem yang telah, sedang, dan akan terus diupayakan solusinya. Sedangkan keragaman yurisdiksi merupakan kenyataan yang harus diterima. Pembahasan yang menyangkut diversitas akuntansi tentu saja termasuk dalam bidang akuntansi keuangan; sementara pembahasan yang berkenaan dengan keragaman yurisdiksi termasuk dalam bidang akuntansi keuangan maupun akuntansi manajemen. Seperti pada buku-buku internasional accounting yang lain, buku ini lebih banyak membahas bidang akuntansi keuangan.




BAB 9
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
INTERNASIONAL
9.1 Pendahuluan
          Bab membahas mengenai makna akuntansi internasional dari perspektif analisis laporan keuangan. Untuk tujuan analisis laporan keuangan internasional, selain harus waspada terhadap diversitas akuntansi, analis juga harus mampu menaksir dampaknya terhadap laba dan aset dan juga terhadap rasio-rasio serta indikator-indikator utama yang terkait.
9.2 Diversitas Akuntansi Internasional dan Analisis Laporan Keuangan
          Diversitas akuntansi berdampak pada analisis laporan keuangan. Maslah penting yang harus dibahas adalan mengenai dampak diversitas akuntansi tersebut terhadap penaksiran laba dan arus kas masa mendatang serta resiko dan ketidakpastian yang terkait. Penaksiran tersebut adalah penting bagi investor portofolio dalam melakukan penilaian saham. Penaksiran tersebut juga penting bagi perusahaan yang melakukan investasi asing langsung (FDI, foreign directi investment), yang berkaitan dengan penilaian terhadap akuisisi yang direncanakan dan juga penting untuk joint ventures atau pengadaan modal atau listing/trading saham pada bursa saham asing. Semakin lama semakin banyak korporasi yang listing secara internasional. Disamping itu, terjadi peningkatan yang dramatis terhadap permintaan investasi internasional.
          Dalam sebuah penelitian mengenai bagaimana para partisipan pasar modal menghadapi diversitas akuntansi, Choi dan Levich mengambil contoh pendapat investor-investor institusional, MNE yang menerbitkan saham, bank yang underwriting sekuritas internasional, dan badan-badan regulation. Hanyan 48% dari mereka yang diwawancarai yang terpengaruh oleh diversitas akuntansi, tetapi 52% responden yang menyatakan tidak terpengaruh diversitas akuntansi sebenrnya melakukan berbagai upaya yang meliputi 1) pernyataan ulang akun-akun berdasarkan PABU mereka masing-masing, 2) mengembangkan pemahaman mengenai PABU asing, 3) menggunakan sumber-sumber informasi lain, dan 4) menggunakan pendekatan investasi lain, seperti misalnya pendekatan ekonomimakro “top-down” dalam memilih negara tujuan investasi yang dibarengi dengan diversifikasi saham dalam sebuah negara yang terpilih. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa problem-problem dan juga biaya yang timbul dari diversitas akuntansi internasional adalah sangat nyata dan membutuhkan investigasi lebih lanjut untuk memperkirakan apa dan bagaimana problem-problem tersebut diselesaikan. Paling tidak, ada sebuah keputusan yang jelas untuk menaksir tingkat diversitas tersebut beserta dampaknya terhadap ukuran laba dan ukuran kinerja.

          

Jumat, 11 Januari 2013

tugas minggu VI etika profesi akuntansi

CONTOH PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN KOMITMEN ETIS

“Temasek Holding (Pte) Ltd atau biasa disebut Temasek memiliki empat puluh satu persen saham di PT Indosat Tbk dan tiga puluh lima persen di PT Telkomsel”

Berdasarkan data kepemilikan saham ini, maka tidak salah jika masyarakat berasumsi bahwa ada konflik kepentingan dalam penanganan operasional manajemen di kedua perusahaan telekomunikasi tersebut, yang cukup besar market share-nya di Indonesia. Ketika sebuah perusahaan didirikan dan selanjutnya menjalankan kegiatannya, yang menjadi tujuan utama dari perusahaan tersebut adalah mencari keuntungan setinggi-tingginya dengan prinsip pengeluaran biaya yang seminimum mungkin. Begitu juga, dengan prinsip pemilikan saham. Pemilikan saham sama artinya dengan pemilikan perusahaan. Kepemilikan perusahaan oleh seseorang atau badan atau lembaga korporasi tentunya bertujuan bagaimana caranya kepemilikan tersebut dapat menghasilkan keuntungan terhadap diri si pemiliki saham tersebut. Bicara keuntungan tentunya kita tidak hanya bicara tentang keuntungan financial, tetapi juga tentang keuntungan non financial, seperti memiliki informasi penting, penguasaan efektif, pengatur kebijakan, dan lain-lainnya.
pada kasus pemilikan saham Temasek di PT Indosat, Tbk., dan PT Telkomsel. Walaupun tidak ada perjanjian diantara PT Telkomsel dengan PT Indosat, Tbk., tetapi persoalan oligopoli sebenarnya tidak boleh hanya dilihat dari sekedar apakah ada perjanjian atau tidak? atau berapa persentase market share-nya?. Di dalam dunia telekomunikasi Indonesia khususnya untuk provider GSM, hanya ada tiga perusahaan besar. Sehingga jelas jika terbukti kedua perusahaan tersebut melakukan “kerjasama”, maka akan ada praktek oligopoli yang kolusif. Sedikitnya perusahaan yang bergerak di sektor ini membuat mereka harus memiliki pilihan sikap, koperatif atau non koperatif. Suatu pelaku usaha/perusahaan akan bersikap non koperatif jika mereka berlaku sebagai diri sendiri tanpa ada perjanjian eksplisit maupun implisit dengan pelaku usaha/perusahaan lainnya. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya perang harga. Sedangkan beberapa pelaku usaha/perusahaan beroperasi dengan model koperatif untuk mencoba meminimalkan persaingan. Jika pelaku usaha dalam suatu oligopoli secara aktif bersikap koperatif satu sama lain, maka mereka telibat dalam KOLUSI.
Pada kasus Temasek, jelas terlihat sebagai pemegang saham tentunya menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Policy ‘mengeruk’ keuntungan ini tentunya dituangkan di seluruh aspek yang menjadi unit bisnis usahanya, termasuk didalamnya adalah PT Telkomsel dan PT Indosat, Tbk. Sehingga dengan status kepemilikan di dua perusahaan tersebut akan dapat mengoptimalkan maksud dan tujuan Temasek tersebut. Caranya memaksimumkan keuntungan tersebut adalah kolusi antara PT Telkomsel dan PT Indosat, Tbk., dengan mempertimbangkan saling ketergantungan mereka, sehingga mereka menghasilkan output dan harga monopoli serta mendapatkan keuntungan monopoli. Hal ini dapat terlihat dari penentuan tarif pulsa GSM antara PT Telkomsel dan PT Indosat, Tbk., dimana boleh dikatakan tarif harga pulsa GSM di Indonesia adalah salah satu yang termahal di dunia. Padahal, negara-negara tetangga sekitar sudah dapat menerapkan harga unit pulsa yang sangat murah dan menguntungkan masyarakat serta tidak mematikan persaingan usaha. Apalagi notabene-nya, di negara Temasek sendiri harga unit pulsa boleh dikatakan sangat murah. Lantas, kenapa di Indonesia harga pulsa menjadi sangat mahal?. Padahal secara konsep teknologi, dimungkinkan penggunaan untuk menekan harga unit pulsa menjadi sangat murah, contohnya adalah pada teknologi CDMA Flexi dan Esia yang sering dihambat perkembangan oleh “pihak-pihak tertentu” yang tidak menginginkan perkembangan bisnis usaha ini. Padahal jelas-jelas menguntungkan masyarakat.
Analisa:
Dari kasus diatas dapat kita ketahui bahwa Temasek melakukan kolusi antara PT Telkomsel dan PT Indosat, Tbk. Sehingga dengan status kepemilikan di dua perusahaan tersebut akan dapat mengoptimalkan maksud dan tujuan Temasek tersebut. Hal ini jelas melanggar etika bisnis karena  harga tarif layanan yang ditetapkan pada kedua perusahaan tersebut terlalu mahal dibandingkan dengan pesaing-pesaing dalam dan luar negeri. Selisih harga tarif pulsa antara produk PT Telkomsel dan PT Indosat yang tidak begitu jauh. Selisih tarif yang sangat kecil ini mengindikasikan dugaan awal terjadinya praktek Oligopoli Kolusif diantara mereka. Penentuan tarif harga yang sangat mahal ini, jelas adalah pengeksploitasian ekonomi masyarakat dan boleh dikatakan sebagai Kolonialisme Gaya Baru.