Apakah
Bribery merupakan suatu tindakan yang tidak etis?
Jawab:
Iya,
karena Suap merupakan salah satu bentuk korupsi yang hadir di Indonesia
dan sudah berada pada taraf yang parah. Suap tidak hanya terjadi dalam hubungan
pelaku bisnis dengan instansi pemerintah, tetapi juga dalam hubungan antar-pelaku
bisnis sendiri, dan dalam kehidupan sehari-hari. Efek suap yang utama adalah
timbulnya ekonomi biaya tinggi dan
berakibat makintingginya tingkat harga barang dan jasa karena harus menutup
biaya yang tidak langsung berkaitan dengan proses produksi barang dan jasa.
Konsumen dirugikan.
Contoh kasus Bribery :
Jawab:
Mencermati kasus suap menyuap yang melibatkan anggota KPPU M. Iqbal
dan Presdir First Media Billy Sindoro dapat membuka mata kita bahwa
begitu kotornya etika bisnis di Indonesia. Jika etika bisnis seperti itu masih dipertahankan maka jangan harap korupsi dapat hilang dari negara kita. Oleh karena itu, jangan ada lagi pengusaha-pengusaha di Indonesia yang memiliki etika bisnis seperti Lippo.
dan Presdir First Media Billy Sindoro dapat membuka mata kita bahwa
begitu kotornya etika bisnis di Indonesia. Jika etika bisnis seperti itu masih dipertahankan maka jangan harap korupsi dapat hilang dari negara kita. Oleh karena itu, jangan ada lagi pengusaha-pengusaha di Indonesia yang memiliki etika bisnis seperti Lippo.
Lippo Group yang dikenal sebagai perusahaan besar di
Indonesia saja ternyata memiliki etika bisnis yang sangat buruk. Dengan kasus
Suap KPPU sangat jelas telihat bahwa Billy Sindoro (tangan kanan Bos Lippo Group)
menyuap M. Iqbal untuk mempengaruhi putusan KPPU dalam kasus dugaan monopoli
Siaran Liga Inggris. Lippo ingin Astro Malaysia tetap menyalurkan
content ke PT Direct Vision (operator Astro Nusantara) meski Astro Malaysia
tengah bersiteru dengan Lippo Group. Jika Investor Asing seperti Astro Malaysia
diperlakukan seperti itu maka tidak akan ada lagi investor asing yang mau masuk
ke Indonesia. Akibatnya, perekonomian Indonesia akan semakin buruk
dan akan terjadi krismon entah yang ke berapa kalinya, apalagi dalam berita hari ini BI rate naik dari 0,25 % menjadi
9,5 %….
Surat Kabar Sinar Harapan tahun 2003 pernah membuat artikel
dengan judul Bank Lippo dan Bayang-bayang “The Riady Family”. Dalam
artikel tersebut dijelaskan bahwa keluarga Riady, pemilik Group Lippo juga pernah
tersandung masalah yaitu mereka merekayasa laporan keuangan Bank Lippo. Seperti
yang dikutip dari SK Sinar Harapan, “Kasus Bank Lippo kali ini bermula dari
terjadinya perbedaan laporan keuangan kuartal III Bank Lippo, antara yang
dipublikasikan di media massa dan yang dilaporkan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Dalam laporan yang dipublikasikan melalui media cetak pada 28 November 2002
disebutkan total aktiva perusahaan sebesar Rp 24 triliun dengan laba bersih Rp
98 miliar. Sementara dalam laporan ke BEJ tanggal 27 Desember 2002, total aktiva
berkurang menjadi Rp 22,8 triliun dan rugi bersih (yang belum diaudit) menjadi
Rp 1,3 triliun.”
Dalam artikel tersebut dikatakan bahwa rekayasa laporan
keuangan dilakukan keluarga Riady karena mereka memiliki agenda terselubung yaitu
untuk kembali menguasai kepemilikan Bank Lippo.Rekayasa laporan keuangan
tersebut dilakukan dengan cara melaporkan kerugian yang tidak tejadi, kerugian bank itu
direkayasa melalui 2 cara yakni menurunkan nilai aset melalui valuasi yang
dirancang sangat merugikan bank dan transfer aset kepada pihak terkait untuk
menciptakan kerugian di pihak bank, tetapi menguntungkan pemilik lama.
Seperti yang dikutip dari SK Sinar Harapan bahwa Lippo Goup
juga memiliki trik licik dalm bisnis yaitu dengan melakukan goreng saham. Dalam artikel SK Sinar harapan dikatakan bahwa ” Selain
penurunan nilai aset yang tidak rasional, manajemen Lippo juga merekayasa
secara sistematis untuk menurunkan harga saham Bank Lippo di BEJ dengan cara “menggorengnya”. Akibatnya,
harga saham turun drastis dari Rp 540 di bulan Agustus 2002 menjadi Rp 230 pada
Februari 2003 (turun 50 persen lebih). “
Cara “goreng saham” dilakukan keluarga Riady untuk
memperbesar kepemilikan saham dari pemilik lama melalui right issue yang dipaksakan
dalam harga pasar sangat rendah karena mereka mengetahui pemerintah tidak
bersedia membeli saham right issue (rekapitalisasi kedua) karena bertentangan
dengan UU Propenas. Saham pemerintah menjadi terdilusi, sehingga kepemilikan
keluarga Riady menjadi dominan kembali hanya dengan dana yang kecil.
Sepak Terjang bisnis keluarga Riady ternyata juga hingga
Amerika Serikat, menurut artikel yang dimuat Majalah Fortune pada 23 Juli 2001 bahwa James
T Riady, bos Lippo Group membiayai dana kampanye Bill Clinton yang saat itu
mencalonkan diri sebagai Presiden AS. Hal tersebut dilakukan agar keluarga
Riady memiliki pengaruh di AS agar bisnisnya bisa lebih berkembang.
Melihat seperti itu maka sudah sepatutnya etika bisnis
Indonesia harus
diperbaiki jika kita menginginkan ekonomi Indonesia tidak terpuruk. Cara Suap-menyuap, korupsi juga harus dihilangkan dalam negara Indonesia.
diperbaiki jika kita menginginkan ekonomi Indonesia tidak terpuruk. Cara Suap-menyuap, korupsi juga harus dihilangkan dalam negara Indonesia.